Kamis, 27 September 2012

Jusuf Kalla : Leader of Resolfer Problem


Jusuf Kalla : Leader Of Resolver Problem
Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla atau yang sering kita kenal dengan panggilan “JK” lahir pada tanggal 15 Mei 1942 di Wattampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Ia menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudin Makasar tahun 1967 dan The European Institute of Busines Administration Fountaineblu, Prancis (1977). Pada Oktober 2004 menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-10 mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono yang menjadi Presiden RI ke-6, pasangan presiden dan wakil presiden ini merupakan pasangan yang pertama kali dipilih oleh rakyat secara langsung. Pada masa Presiden Abdurahman Wahid, Jusuf Kalla dipercaya sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia sekaligus merangkap Kepala Bulog selama kurang dari setahun (1999-2000). Di masa Presiden Megawati Soekarnoputri ia dipilih menduduki jabatan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) yang ke-9 (9 Agustus 2001 – 22 April 2004).
Putra ke-2 dari 17 bersaudara, pasangan Hadji Kalla dan Hajjah Athirah ini sebelum terjun ke pemerintahan dikenal luas oleh dunia usaha sebagai pengusaha sukses. Usaha-usaha yang dirintis ayahnya, NV. Hadji Kalla, diserahkan kepemimpinannya sesaat setelah ia diwisuda menjadi Sarjana Ekonomi di Universitas Hasanuddin Makasar Akhir tahun 1967. Di samping menjadi Managing Director NV. Hadji Kalla, ia juga menjadi Direktur Utama PT Bumi Karsa dan PT Bukaka Teknik Utama.
Usaha yang digelutinya, di samping usaha lama, ekspor hasil bumi, dikembangkan pula usaha yang penuh idealisme, yakni pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan, jembatan, dan irigasi guna mendorong produktivitas masyarakat pertanian. Atas prestasinya di dunia usaha, Jusuf Kalla dipilih oleh dunia usaha menjadi Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan (1985-1997), Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia (1997-2002), Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Sulawesi Selatan (1985-2000), dan Penasihat ISEI Pusat (2000-sekarang).
Pengalaman pada organisasi pemuda/mahasiswa sepereti ketua HMI Cabang Makasar tahun 1965-1966, ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966, serta ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969 memberi bekal untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sulit tersebut.
Tahun 1965 sesaat setelah pembentukan Sekretariat Bersama (Sekber) Golkar, M. Jusuf Kalla terpilih menjadi ketua Pemuda Sekber Golkar Sulawesi Selatan dan Tenggara (1965-1968). Kemudian terpilih menjadi Anggota DPRD Propinsi Sulaewsi Selatan Peridoe 1965-1968 mewakili Sekber Golkar. Pada Musyawarah Nasional (Munas) Golkar di Bali, bulan desember 2004 ia terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar Periode 2004-2009. Sebelumnya, beliau menjabat sebagai Anggota Dewan Penasihat DPP Partai Golkar, dan menjadi Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI utusan Golkar (1982-1987), serta Anggota MPR-RI Utusan Daerah (1997-1999).
Di bidang pendidikan, Jusuf Kalla menjadi Ketua Yayasan Pendidikan Hadji Kalla yang mewadahi TK, SD, SLTP, SLTA Athirah, Ketua Yayasan Pendidikan Al-Ghazali, Universitas Islam Makasar. Selain itu, ia menjabat Ketua Dewan Penyantun (Trustee) pada beberapa Universitas, seperti Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makasar; Institut Pertanian Bogor (IPB); Universitas Islam Negeri (UIN) Makasar; Universitas Negeri Makasar (UNM), Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina; Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) UNHAS.
Di kalangan ulama dan pemuka masyarakat, nama Jusuf Kalla dikenal sebagai Mustasyar Nahdlatul Ulama Wilayah Sulawesi Selatan, melanjutkan tugas-tugas dan tanggungjawab ayahnya, Hadji Kalla, yang sepanjang hidupnya menjadi bendahara Masjid Raya, Masjid Besar yang bersejarah di Makasar. Ketika akan membangun Masjid bersama Alm. Jenderal M. Jusuf, Jusuf Kalla dipilih menjadi ketua Yayasan Badan Wakaf Masjid Al-Markaz al-Islami (Masjid Jend. M. Jusuf) yang sekarang menjadi Masjid termegah di Indonesia Timur. Di kalangan agama-gama lain selain islam, Jusuf Kalla dipilih menjadi Ketua Forum Antar-Agama Sulawes Selatan. Di ranah social JK menjadi Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) dari 2009 sampai sekarang.
Dengan banyaknya pengalaman organisasi yang dimiliki oleh Jusuf Kalla khususnya pengalaman menjadi seorang yang di nomor satukan dalam sebuah organisasi, maka menurut pendapat saya tidak perlu diragukan lagi akan kualitas kepemimpinan beliau. Baik itu organisasi ekonomi, social, maupun politik.
Tentunya kita sudah mengetahui bersama bahwa sumbangsih beliau bagi bangsa dan Negara kita banyak sekali, baik di bidang pendidikan, Salah satu sumbangsih M. Jusuf Kalla bagi Bangsa indoensia yaitu meletakkan kerangka perdamaian di daerah konflik antara komunitas Kristen dan Muslim di Poso, Sulawesi Tengah dan Ambon, Maluku. Lewat pertemuan Malino I dan Malino II dan berhasil meredakan dan menyelesaikan konflik di antara komunitas Kristen dan Muslim tersebut.
Sepanjang melayani negara ini, kiprah JK paling kentara semasa menjabat sebagai Wakil Presiden. Sorotan mata publik tidak lepas menatap gerak geriknya. Konversi minyak tanah ke gas elpiji adalah salah satu keputusan pemerintah yang getol didorongnya. Memang, keputusan tersebut bukan kebijakan populis. Bagaimana tidak, pengguna minyak tanah masih mayoritas dibandingkan dengan pengguna gas elpiji dan tidak sedikit sebagian besar rumah tangga miskin sebagai penggunanya.
Keputusan tersebut bisa jadi adalah keputusan “gila” di tengah kemapanan bahan bakar minyak tanah yang telah “mendarah daging” penggunaannya di masyarakat Indonesia. Namun, Jusuf Kalla tak hentinya mendorong program tersebut hingga massif.  Hingga akhirnya, seiring konsistensi implementasi program tersebut, program itu berhasil mengubah pola lama hidup masyarakat menjadi pola baru yang membantu penghematan subsidi bahan bakar. Insentif dengan pembagian tabung gratis membantu massifikasi program tersebut.
Keputusan JK pada sektor pertambangan juga menarik perhatian. Hal yang cukup besar yang dilakukannya adalah penghentian kontrak karya dengan ExxonMobil. Keputusan untuk menghentikan dan memberikannya kepada Pertamina adalah sebuah langkah yang membutuhkan keberanian dalam memberikan keputusan politik. Alasan Jusuf Kalla, demi kepentingan Indonesia. Bahkan, ia cukup berani mengatakan kepada mereka, this is my country, not yours.
Inisiatif-inisiatifnya dalam proses perdamaian mendapat apresiasi dari banyak pihak. Negosiator diperankan oleh Jusuf Kalla dalam penciptaan perdamaian di Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Sengketa yang berlarut-larut terjadi di Tanah Rencong tersebut bukan hanya menyangkut disintegrasi negara ini, tapi juga pertaruhan politik yang sangat besar. Artinya, kinerja pemerintah dipertaruhkan karena bangsa Indonesia sudah banyak belajar dari kasus lepasnya Timor Timur pada masa kepemimpinan presiden sebelumnya. Pengalaman penyelesaian konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) melalui perundingan yang diprakarsainya hingga tercapai kesepakatan perdamaian antara wakil pemerintah dan tokoh-tokoh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang ditandatangani di Helsinki pada 15 Agustus 2005, memberinya inspirasi untuk menerapkan pengalaman penyelesaian konflik Poso dan Ambon melalui pertemuan Malino I dan Malino II. Serangkaian pertemuan ini berhasil meredakan dan menyelesaikan konflik antara komunitas Kristen dan Islam.
Menurut pendapat saya, dinilai julukan The Leader of Problem Solver layak di sematkan kepada beliau kerap memberikan solusi dalam setiap kebijakan yang dikeluarkannya. Hal ini bisa kita lihat dari beberapa kegiatan beberapa organisasi, salah satunya dalam organisasi sosial, JK menjadi Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) dari 2009 sampai sekarang. Namun, Banyak orang yang mengatakan bahwa JK tidak cocok memimpin di PMI karena bukan bidangnya, tapi JK mampu membuktikan bahwa dirinya bisa. JK telah membuat banyak terobosan baru di organisasi itu, terutama pastisipasi PMI dalam penanganan bencana. Tidak tanggung-tanggung Jusuf Kalla mengungkapkan Organisasi Kerjasama Negara-Negara Islam (OKI) dan Pemerintah Myanmar sepakat menyediakan 8.000 rumah untuk merehabilitasi dan merelokasi korban konflik komunal di Negara Bagian Rakhine, Myanmar.
Awalnya, sempat muncul kekhawatiran Pemerintah Myanmar akan bersikap tertutup terhadap kunjungan misi kemanusiaan PMI, OKI dan Bulan Sabit Merah Qatar. Berkat lobby ketua umum PMI Jusuf Kalla, akhirnya Presiden Myanmar Thein Sein memberikan akses kepada delegasi kemanusiaan ini untuk melihat langsung kondisi terkini pasca konflik di Negara Bagian Rakhine.
Jika kita merujuk pada teori yang dikemukakan oleh McClelland, power, affiliation and achievement,  sosok Jusuf Kalla termasuk kedalam Need for Affiliation.

sumber :
Choliq, H. Abdul, MT., MA, Diskursus Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), Jakarta : Trust Media, 2011.
http://hujan-turunlagi.blogspot.com/2010/08/julukan-problem-solver-untuk-jusuf-kala.html
http://nasional.kompas.com/read/2012/09/04/09255310/Jusuf.Kalla.dan.Gajah.Mada
http://news.detik.com/read/2012/09/05/122011/2008516/10/jusuf-kalla-dirikan-lembaga-penyelesaian-konflik-asia?9922022